LENSA, MAROS – Upaya mendorong petani kopi agar tak sekadar menjual biji mentah terus digencarkan. Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Peternakan dan Kehutanan Universitas Muslim Maros, sukses menggelar pemberdayaan Kelompok Tani Hutan (KTH) Betara Bersatu di Desa Bentenge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sabtu (2/8/2025).
Program ini mengusung tema “Pemberdayaan KTH Betara Bersatu Melalui Diversifikasi Produk Olahan Kopi sebagai Pengembangan Hilirisasi Pertanian” dan didukung pendanaan Hibah Kemendikbudristek Tahun Anggaran 2025.
Kegiatan menyasar petani pengelola kopi lokal yang selama ini berperan aktif menjaga produktivitas kopi di wilayah pegunungan Mallawa. Melalui rangkaian pelatihan, tim mendorong KTH Betara Bersatu agar mampu menghasilkan produk turunan kopi bernilai jual tinggi sekaligus menembus pasar yang lebih luas.
Ada tiga materi utama yang diberikan. Pertama, pelatihan olahan produk dengan fokus inovasi kopi kelor dan selai kopi, yang diharapkan menjadi ikon baru hasil olahan desa. Kedua, pelatihan kemasan untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan daya tarik visual produk. Ketiga, pelatihan digital marketing agar petani mampu memasarkan produknya melalui platform online dan menjangkau konsumen di luar daerah.
Ketua Tim PKM, Dr. Arifin, S.TP., MP, mengatakan, hilirisasi adalah kunci peningkatan pendapatan petani. Selama ini, petani kopi di Bentenge cenderung menjadi pemasok bahan baku, sehingga nilai tambah lebih banyak dinikmati pihak luar.
“Kami ingin mengubah pola itu. Petani harus jadi pelaku utama di rantai nilai produk pertanian. Dengan inovasi olahan, kemasan yang baik, dan pemasaran digital, potensi peningkatan pendapatan sangat besar,” ujarnya.
Hal senada disampaikan anggota tim, Dr. Azisah, S.TP., M.Si. Menurutnya, kekuatan produk tidak hanya pada rasa, tetapi juga pada kemasan dan strategi pemasaran.
“Kemasan yang menarik akan memikat mata, sementara pemasaran digital akan membawa produk kopi Bentenge bersaing di pasar nasional,” jelasnya.
Program ini disambut positif warga dan pemerintah desa. Aparat setempat berharap pelatihan serupa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak kelompok tani, sehingga penguatan ekonomi desa benar-benar terwujud.
Sementara itu Ketua KTH Betara Bersatu, Muhammad Arif, mengaku pelatihan ini membuka wawasan baru.
“Selama ini petani di sini kebanyakan hanya tahu panen, jemur, lalu jual. Kalau kami di KTH Betara Bersatu itu sendiri baru sekadar produk kopi bubuk yang kami hasilkan dengan adanya pelatihan dan pendampingan, kami akhirnya paham kalau kopi bisa diolah jadi banyak produk dan dijual lebih mahal. Rasanya kami jadi lebih semangat bertani,” tuturnya sambil tersenyum.
Dengan langkah ini, KTH Betara Bersatu diharapkan tidak hanya mempertahankan tradisi pengelolaan kopi, tetapi juga membawa produk kopi lokal naik kelas, dari hasil kebun di pegunungan Mallawa hingga rak penjualan di pasar modern.
Selain Azisah, anggota tim lainnya juga Dr. Syamsul Bahtiar Assegaf, S.E., M.M.
Comment