LENSA, TAKALAR — Pemerintah Kabupaten Takalar terus berinovasi dalam menekan angka stunting. Salah satu langkah terbaru adalah dengan menggiatkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, sebuah program kolaboratif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Program ini mengajak jajaran pimpinan daerah, kepala organisasi perangkat daerah (OPD), camat, kepala sekolah, pihak swasta, hingga organisasi keagamaan untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang berisiko stunting di wilayahnya masing-masing.
Kepala Dinas BKKBPPPA Takalar, Marwan Taba, menjelaskan bahwa para orang tua asuh tidak hanya memberikan bantuan nutrisi, tetapi juga aktif dalam memberikan edukasi tentang pola asuh dan gizi seimbang kepada orang tua, ibu hamil, dan remaja.
“Camat menjadi orang tua asuh di wilayahnya, begitu juga kepala sekolah di lingkungan pendidikan masing-masing. Mereka bisa mengumpulkan para orang tua, atau bahkan turun langsung ke rumah-rumah untuk memberikan pendampingan,” ujar Marwan.
Upaya ini menunjukkan hasil positif. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Takalar mengalami penurunan signifikan dalam dua tahun terakhir. Jika pada tahun 2023 tercatat 35,4 persen anak mengalami stunting, maka pada 2024 angka itu turun menjadi 24 persen — penurunan sebesar 11,4 persen.
Selain gerakan orang tua asuh, Pemkab Takalar juga menggulirkan Program Dapur Sehat yang menyasar 61 desa dan kelurahan. Setiap dapur sehat diisi oleh sepuluh orang yang bertugas memberikan pemahaman tentang pentingnya gizi dan menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak serta ibu hamil.
“Melalui dapur sehat, kami ingin membangun kesadaran bahwa pencegahan stunting bisa dimulai dari dapur keluarga sendiri,” jelas Marwan.
Ia menambahkan, dengan gerakan kolaboratif ini, pemerintah optimistis tren penurunan angka stunting di Takalar akan terus berlanjut.
“Harapan kami, angka stunting di Takalar bisa terus ditekan hingga mencapai target nasional,” pungkasnya. (*)
Comment