LENSA, MAKASSAR – Yayasan Konservasi Laut Indonesia (YKL) Indonesia dengan dukungan Burung Indonesia menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas nelayan dalam format Sekolah Tanpa Ragu (SETARA) di Pulau Bonetambu, Kota Makassar, pada Kamis, 5 Desember 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian integral dari Program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA) yang bertujuan mewujudkan pengelolaan perikanan gurita skala kecil yang berkelanjutan di Kepulauan Spermonde.
Dihadiri anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) A’bulosibatang, tokoh masyarakat, dan ibu-ibu rumah tangga, FGD ini berfokus pada penguatan kapasitas Pokmaswas sebagai garda terdepan perlindungan sumber daya pesisir dan laut.
FGD yang difasilitasi langsung oleh Rahmat Fajri ini membahas secara mendalam enam poin krusial, mulai dari Peran dan Fungsi Pokmaswas, SOP monitoring dan patroli, hingga metode pengumpulan informasi dan pengidentifikasian jenis-jenis pelanggaran. Tujuan spesifik kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman, mengembangkan keterampilan pengawasan, dan mendorong kepemimpinan anggota Pokmaswas.
Ketua Pokmaswas A’bulosibatang, Haji Gassing, menyampaikan isu penting yang menjadi tantangan utama. Adanya nelayan luar dari pulau lain yang teridentifikasi melakukan penyelaman malam di area sistem buka-tutup yang telah disepakati oleh masyarakat Bonetambu dan didukung para pihak.
Menanggapi hal ini, Pokmaswas Bonetambu sepakat bahwa solusi awal yang diperlukan adalah melakukan sosialisasi langsung ke pulau-pulau asal nelayan tersebut. Sosialisasi ini bertujuan membangun pemahaman dan persaudaraan, sekaligus memberikan informasi yang jelas mengenai wilayah perlindungan dan pengelolaan berbasis sistem buka-tutup yang telah menjadi titik pengawasan bersama.
Selain itu, masyarakat Pulau Bonetambu berharap dukungan dari para pihak. “Semoga Pokmaswas A’bulosibatang segera mendapatkan SK dari Dinas Kelautan Provinsi, karena strukturnya sudah ada dan sudah ditandatangani pak Luran dan penyuluh. Kami berharap juga dukungan pemerintah dan penegak hukum untuk bersama-sama nanti melalukan patroli bersama sehingga kami juga bisa belajar dan tingkatkan kepercayaan diri kami dalam mengawas,” ujar Haji Gassing.
Sementara, Nuryamin Networking and Data Analyst PROTEKSI GAMA YKL Indonesia, menyampaikan melalui program ini, masyarakat Pulau Bonetambu berharap kelestarian laut dapat terjaga, hasil laut khususnya gurita membaik, dan nelayan tidak perlu lagi mencari sumber daya hingga jauh ke perairan Pangkep atau Bone.
“Harapan jangka panjangnya adalah peningkatan pendapatan nelayan dan perlindungan efektif terhadap lokasi konservasi buka-tutup. YKL Indonesia berkomitmen terus mendukung kebutuhan alat operasional dan memperkuat sinergi semua pihak,” ujar Nuryamin.
Nuryamin menambahkan pendekatan SETARA yang dilaksanakan YKL Indonesia menjadi suatu pendekatan sistem pendidikan nonformal yang secara khusus berfokus pada peningkatan kapasitas nelayan lokal skala kecil untuk memberdayakan dan memperkuat posisi tawar mereka dalam menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya perikanan yang adil dan berkelanjutan.
“Peningkatan kapasitas nelayan SETARA dirancang dengan model interaktif oleh seluruh peserta, yakni fasilitator, narasumber, serta nelayan dan masyarakat. Ini seri ke-5 yang dilaksanakan di Pulau Bonetambu. Empat seri sebelumnya membahas mengenai mengenal lebih dekat kehidupan gurita, penanganan hasil tangkapan, mengenali spesies dilindungi dan penanganan jika tertangkap, dan pembuatan alat tangkap ramah lingkungan. (*)
Comment