BI Paparkan Evaluasi  2025 dan Prospek Kinerja 2026

LENSA, MAKASSAR – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (KPwBI Sulsel), Wahyu Purnama A menyampaikan evaluasi kinerja ekonomi tahun 2025, prospek ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2026, serta pemberian apresiasi untuk mitra kerja pada kegiatan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) KpwBI Sulsel Tahun 2025 .

Kegiatan ini digelar dengan tema “Tangguh dan Mandiri: Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan”.

Dalam penyampainnya, Wahyu Purnama A. Menyampaikan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi global yang tetap tinggi, kinerja perekonomian Sulawesi Selatan masih terjaga dan lebih baik dari triwulan sebelumnya.

“Pada triwulan III 2025, ekonomi Sulsel tumbuh 5,01 persen dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 5,25 persen,” ucapnya.

Wahyu menilai kondisi ini menunjukkan ketahanan ekonomi Sulawesi Selatan yang tetap baik dan kuat dalam meminimalkan dampak negatif rambatan risiko perekonomian global. “Cukup kuatnya ekonomi Sulsel tahun 2025 ditopang oleh kinerja sisi domestik maupun eksternal,” sebutnya

Wahyu menjelaskan, konsumsi rumah tangga ikut mendukung pertumbuhan ekonomi di mana tercatat tumbuh kuat dan masih menjadi kontributor ekonomi terbesar seiring masih kuatnya keyakinan konsumen serta penyelenggaraan event dan festival yang cukup masif pada triwulan III 2025.

Selain itu, Investasi fisik baik bangunan maupun non-bangunan juga mengalami peningkatan dan dari sisi eksternal, kinerja ekspor tetap bertahan sejalan permintaan negara mitra dagang yang masih positif.

Secara sektoral, 3 Lapangan Usaha yang berkontribusi tinggi dalam menjaga perekonomian Sulsel adalah Pertanian, Perdagangan, dan Industri Pengolahan. Produksi padi dan perikanan yang membaik, didukung cuaca yang kondusif serta upaya pemerintah yang masif untuk mewujudkan swasembada pangan, mampu mendorong kinerja positif bagi lapangan usaha (LU) Pertanian.

“LU perdagangan dapat tumbuh positif karena didukung oleh daya beli masyarakat yang semakin membaik. Sedangkan Industri Pengolahan tetap terjaga sejalan dengan kinerja industri makanan dan minuman yang meningkat seiring kinerja positif di LU Pertanian.,” sebutnya.

Selanjutnya, Kinerja positif perekonomian Sulsel juga didukung oleh inflasi yang rendah dan terkendali. Secara konsisten, inflasi Sulsel selalu terjaga dalam rentang sasaran inflasi 2,5 atau kurang lebih satu persen sejak awal tahun 2025.

“Pada Oktober 2025, inflasi Sulsel terjaga pada level 2,98 persen dengan Inflasi tahun berjalan sampai Oktober sebesar 2,42 persen. “Meskipun masih terdapat kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti emas perhiasan, sigaret kretek mesin, dan ikan laut, namun harga sejumlah komoditas pangan strategis seperti cabai rawit, tomat, beras, dan cabai merah mampu dikendalikan dengan baik,” tambah Wahyu

Tidak hanya itu, Bank Indonesia bersama jajaran Pemerintah Daerah, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten Kota serta instansi terkait, senantiasa berkolaborasi erat melalui berbagai program strategis guna mewujudkan stabilitas dan transformasi ekonomi Sulawesi Selatan di sepanjang tahun 2025.

Sinergi BI, Pemprov, dan TPID se-Provinsi Sulsel diwujudkan melalui kolaborasi strategis pengendalian inflasi, seperti Rapat Koordinasi dan Capacity Building TPID dan Neraca Pangan SIGAP SULTAN serta akselerasi KAD. Sinergi perluasan program Mini Distribution Centre yang saat ini telah sukses berjalan di 8 kabupaten kota, yaitu Makassar, Parepare, Bulukumba, Maros, Takalar, Palopo, Tana Toraja, dan Bone.

Di bidang pengembangan investasi, Bank Indonesia bersama Pemprov Sulsel melalui Forum PINISI SULTAN telah menyelenggarakan kurasi dan promosi proyek investasi potensial melalui kegiatan South Sulawesi Investment Challenge (SSIC), yang berhasil menjaring 18 proyek clean and clear dari 16 Kab Kota. Bulan Oktober 2025, South Sulawesi Investment Forum (SSIF) juga telah dilaksanakan dengan menghadirkan calon investor dari dalam maupun luar negeri. Tercatat 23 proyek strategis dipromosikan dengan total nilai potensi investasi mencapai Rp7,90 Triliun.

Terkait pengembangan UMKM, KpwBI Sulsel telah melaksanakan berbagai program untuk mendukung pengembangan UMKM Naik Kelas misalnya dengan pendampingan melalui bootcamp UMKM REWAKO yang terus berlanjut guna meningkatkan kapasitas usaha. Selain itu, juga dilaksanakan pameran Karya Kreatif Sulsel dan Trade Expo untuk promosi dan perluasan akses UMKM ke pasar nasional dan internasional.

Masih di bulan November 2025, KpwBI Sulsel juga telah menyelenggarakan Anging Mamiri Business Fair (AMBF) dan berhasil melakukan MOU Ekspor UMKM senilai Rp228,12 Miliar dengan melibatkan 30 buyer dari 17 negara, di antaranya Australia, Rusia, Jepang, Tiongkok, India, Arab Saudi dan UAE, dan berbagai negara lainnya sebagai langkah untuk peningkatan ekspor.

Di bidang ekonomi syariah, BI bersama Pemprov Sulsel senantiasa berupaya mengembangkan ekosistem RANTAI NILAI HALAL.

Rangkaian kegiatan dikemas dalam Pekan Ekonomi Syariah, serta Bulan Ekonomi dan Keuangan Syariah, yang terdiri dari kegiatan edukasi, expo produk syariah dan pelatihan sertifikasi halal bagi 79 juru sembelih halal. Sebagai realisasi konkrit juga telah dibentuk 8 Zona Kuliner Halal Aman dan Sehat, sertifikasi halal 1100 UMKM, 7 RPH dan 3 sertifikasi penyelia halal, penyelenggaraan business matching senilai Rp10,8 miliar, penerbitan 23 sertifikat nazhir wakaf dan implementasi program wakaf produktif.

Untuk penguatan digitalisasi, BI terus bersinergi dengan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah untuk membangun ekosistem digital yang inklusif. Kesuksesan akseptasi digital ditandai dengan keberhasilan Sulsel meraih berbagai penghargaan dalam Championship P2DD, baik tingkat provinsi, maupun kabupaten kota.

Dalam hal menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia kembali melaksanakan Ekspedisi Rupiah Berdaulat ke daerah daerah terpencil termasuk Kepulauan Selayar. Kegiatan ini bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut guna mendukung ketersediaan uang tunai di daerah Terluar, Terpencil, dan Terdepan.

Penyediaan uang di masyarakat juga dilakukan melalui kas titipan di bank pengelola di Bulukumba, Bone, Palopo, Malili dan Parepare. Selain itu BI Sulsel juga mendistribusikan uang rupiah untuk provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, Papua dan NTT.

Mengenai edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah, dan pencegahan peredaran uang palsu, BI terus aktif memberikan berbagai sosialisasi. Sepanjang tahun 2025, telah terlaksana lebih dari 436 kegiatan edukasi dan telah disebarkan 847 konten edukasi digital, dengan total peserta mencapai 196 ribu orang, dengan jangkauan konten yang menembus 298 juta interaksi. Strategi ini tergolong efektif dalam meningkatkan keamanan transaksi di Sulsel, terbukti dengan temuan uang palsu yang terus menurun.

“Di tengah kinerja ekonomi Sulsel yang tetap kuat, beberapa tantangannya yang perlu menjadi perhatian yaitu daya saing indonesia, iklim investasi, harga komoditas global yang masih lemah serta tensi geopolitik yang masih berlanjut berisiko mengganggu rantai pasok global dan menahan kinerja ekspor Sulawesi Selatan.,” urainya.

Namun, prospek kinerja beberapa LU Utama diprakirakan tetap baik hingga akhir tahun 2025. Kondisi cuaca yang kondusif mampu mendukung peningkatan kinerja LU Pertanian. Program bantuan pemerintah juga diprakirakan mampu mendorong kenaikan permintaan sektor riil dan meningkatkan LU Perdagangan.

“Memperhatikan kondisi ini, KpwBI Sulsel memprakirakan perekonomian Sulawesi Selatan pada tahun 2025 mampu tumbuh di kisaran 4,9 persen hingga 5,7 persen dibanding tahun sebelumnya diikuti dengan tingkat inflasi yang terkendali atau mendekati batas bawah sasaran target sebesar 2,5±1 persen.

Wahyu mengatakan, merespons kondisi demikian, sinergi yang erat dan reformasi struktural merupakan jawaban bagi penguatan ekonomi Sulsel ke depan.

Optimalisasi dan akselerasi belanja daerah sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi. Penguatan koordinasi kebijakan antara Pemerintah Pusat, Daerah, dan Mitra strategis melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan daerah sangat diperlukan, termasuk optimalisasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan.

“Upaya pengembangan hilirisasi industri dan pangan, pemetaan sumber pertumbuhan baru, serta penciptaan iklim investasi kondusif menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi Sulsel. Optimalisasi kawasan industri dan pariwisata juga penting untuk mendukung transformasi ekonomi Sulsel di masa depan,” jelasnya. (*)

Comment