LENSA, BILBAO — Tottenham Hotspur akhirnya mencicipi manisnya trofi setelah penantian panjang selama 17 tahun. Di final Liga Europa yang menegangkan di Stadion San Mames, Bilbao, Kamis (22/5) dini hari WIB, Spurs menaklukkan Manchester United 1-0 lewat gol dramatis Brennan Johnson.
Gol tunggal lahir di penghujung babak pertama melalui skema yang membingungkan lini belakang United. Umpan silang Pape Matar Sarr mengenai Luke Shaw dan secara tak terduga mengarah ke Johnson, yang dengan cepat menyambar bola. Sentuhannya tak sempurna, tapi cukup mengecoh Andre Onana—membuat bola bergulir pelan namun pasti melewati garis gawang.
“Itu perasaan yang tak bisa dijelaskan,” ujar Johnson usai pertandingan. “Saya tahu saya menyentuh bola, lalu melihat ke belakang—dan bola itu masuk. Gol ini bukan yang tercantik, tapi artinya luar biasa.”
Kemenangan ini menjadi jawaban atas kritik dan keraguan yang selama ini membayangi klub asal London Utara tersebut. Sejak terakhir kali mengangkat trofi di ajang Piala Liga 2008, Spurs kerap dijuluki “tim tanpa mental juara”. Kini, di bawah asuhan Ange Postecoglou, label itu resmi terhapus.
Vicario Bersinar, United Terpuruk
Meski unggul lebih dulu, Spurs dipaksa bertahan sepanjang babak kedua menghadapi gempuran Setan Merah. Penyelamatan kiper Guglielmo Vicario, terutama saat menepis sundulan Shaw di menit akhir, menjadi penyelamat kemenangan Spurs.
“Saat kami bertahan di sepak pojok terakhir, saya tahu kami menang. Rasanya seperti ledakan kelegaan,” kata Johnson, mengisahkan momen menegangkan jelang peluit akhir.
Sementara itu, Manchester United menutup musim dengan kepahitan. Kekalahan di final ini memperpanjang rekor buruk mereka, menjadikan musim 2024/25 sebagai yang terburuk sejak 1973/74. Tanpa satu pun gelar dan gagal lolos ke kompetisi Eropa musim depan, tekanan pada manajer Ruben Amorim kian membesar.
Postecoglou dan Johnson: Pahlawan Baru Spurs
Kemenangan ini bukan hanya trofi, tapi juga simbol kebangkitan. Tottenham tak hanya menuntaskan puasa gelar, tetapi juga mengantongi tiket ke Liga Champions musim depan—dengan tambahan pemasukan fantastis senilai £100 juta.
“Ange membawa kami ke level baru. Ia berjanji pada kami trofi, dan kini kami punya buktinya,” puji Johnson.
Trofi Liga Europa ini juga mengukuhkan reputasi Postecoglou sebagai pelatih pemenang, meski masa depannya di klub masih jadi bahan spekulasi. Di sisi lain, Johnson muncul sebagai simbol generasi baru Spurs yang siap bersaing di panggung Eropa.
Harapan Baru, Luka Lama
Di tengah parade kemenangan Spurs, Manchester United justru tenggelam dalam refleksi mendalam. Gagal di pentas Eropa, performa inkonsisten di liga, dan masa depan Amorim yang tak pasti—semua jadi bayangan kelam musim ini.
Liga Europa 2025 bukan hanya tentang siapa juara, tapi juga tentang siapa yang berhasil mengubah narasi. Dan malam itu di Bilbao, Tottenham akhirnya menulis kisah manis yang sudah lama tertunda. (*)
Comment